Urek-Urek Gondanglegi Malang
Pada tahun 1955-an kondisi
masayarakat di desa urek-urek mayoritas dikenal dengan masyarakat abangan /
awam yang kurang memperhatikan masalah religious keagamaan, hanya sebagian
kecil dan tokoh yang peduli dan bahkan tergolom alim serta sangat menjaga serta
tetap memperjuangkan nilai-nilai religious agama islam. Saat itu tempat ibadah
hanya ada beberapa surau / langgar wakaf sebagai tempat ibadah dan tempat
Pendidikan agama islam, bahkan saat itu di desa Urek-Urek belum ada masjid.
Salah satu surau / langgar yang ada
yaitu langar bentuk kleneng yang didirikan oleh H.Abdurrahman yang berlokasi di
sebelah sungai tepatnya di Rt.25 di samping komplek rumah tempat tinggal beliau,
langar bentuk klenengan tersebut juga sebagai tempat belajar mengaji dan
mencari ilmu oleh masyarakat khususnya anak-anak dan pemuda. Untuk memperkuat
keilmuan masyarakat anak cucu / Dzuriyah beliau di kirim ke berbagai pondok
pesantren untuk memperdalam ilmu agama. Untuk membantu beliau dalam khidmad
keilmuan dan peribadatan serta
Pendidikan H. Abdurrahman memanggil Kyai Musthofa (kakak kandung Kyai Abdul
qodir, PP.Al-Azhar Jeru Turen) dan dibuatkan tempat / rumah kecil / kamar
(gute’an) di samping rtumah beliau dan di dekat langgar klenengan tersebut.
Saat itu status Kyai Mustofa adalah seorang duda dan sudah memiliki anak,
selanjutnya untuk membuat krasan beliau akhirnya H.Abdurrahman menikahkan
beliau dengan keponakannya yang bernama Nyai Sum dan berstatus janda dengan
seorang anak.
Dengan berjalannya waktu dan
bertambahnya santri yang belajar mengaji dan beribadah langgar H.Abdurrahman terserbut maka beliau bermaksud
mendirikan masjid sebagai pusat keagamaan di desa Urek-Urek, pada awalnya
lokasi masjid yang akan dibangun di sekitar RT.19 selatannya musholla alkarim,
setelah di ukur dan di patok / siap bangun, tiba-tiba tidak diperbolehkan oleh
sebagian keluarga pemilik tanah tersebut, melihat perkembangan tersebut
H.Abdurrahman akhirnya menjualkan tanahnya di dekat plasemen tebu urek-urek
untuk mencari dan membeli tanah lain untuk dibangun masjid. selanjutnya ada
tempat yang penuh pohon bambu / barongan pring dan posisi rendah dari jalan di
RT.25 milik keluarga pak Rustam dan Keluarga pak Matasan, kebetulan lokasi di
depan rumah beliau sendiri hanya berseberangan jalan dan Beliau mendatanginya
bermaksud untuk membeli tanah tersebut, setelah mengetahui tanah tersebut mau
di beli H.Abdurrahman untuk dibuat masjid maka keluarga beliau tidak mau
menjual tanah tersebut akan tetapi malah langsung menyerahkan secara sukarela
dan langsung secara lisan (diwakafkan) untuk dibangun masjid kepada
H.Abdurrahman (penerima wakaf) dan akhirnya uang yang mau dipakai membayar
tanah tersebut digunakan untuk membiayai pembangunan masjid tersebut. Dibantu putra-putra
beliau, para tokoh dan masyarakat lain mulai dikerjakan pembangunan masjid
diawali dengan pengurukan tanah yang rendah tersebut diambilkan dari tanah dataran
lebih tinggi milik H.Abdurrahman di utara rumah beliau.
Selanjutnya pembangunan masjid
tersebut selesai pada tahun 1956 dan diberi nama masjid DARUL HIKMAH Urek-Urek
dengan ketua ta’mir yang pertama Menantu Beliau yang bernama H. Imam Sholeh
(suami Hj.Zaenab) dan digunakan untuk kegiatan peribadatan dan keagamaan lain
oleh masyarakat Urek-Urek. Untuk melengkapi tempat mengaji dan belajar beliau
juga langsung mendirikan Madrasah MIFTAHUL ULUM (selesai tahun 1958) sehingga
masjid dan madrasah ini satu paket bidang keagmaan yang saling melengkapi,
madrasah sebagai sawah ladangnya dan masjid sebagai Lumbung / Gudangnya. Lokasi
madrasah di tanah milik beliau sendiri yang berada di Utara komplek rumah
beliau serta membuatkan kamar / gute’an untuk tempat tinggal para guru / Ustadz
yang membantu mengajar dan dengan perkembangannya waktu tempat Pendidikan
MIFTAHUL ULUM diperluas di utaranya lagi dari tanah milik putra beliau yaitu H.
Umar dan Bapak Shohib. Pada saat itu sudah direncanakan dibelakang masjid nanti
digunakan untuk tempat makam H. Abdurrahman dan Kyai Musthofa. Akan tetapi
dikarenakan suatu hal atau permasalahan setelah menikah Kyai Mustofa pindah
tempat tinggal yang dulu di komplek
kediaman H.Abdurrahman pindah di utara-nya masjid dan selanjutnya beliau pindah
/ pindah ke rumah anaknya di Legok kepanjen hingga beliau wafat dan di makamkan
disana. Dan H.Abdurrahman setelah wafat
tidak jadi dimakamkan dibelakang masjid tapi dimakamkan di pemakaman
umum desa urek-urek krajan.
Dengan perkembangan waktu dan
regenerasi situasi saat itu H. Imam sholeh selaku ketua ta’mir masjid jatuh
sakit maka selanjutnya pada generasi kedua ini dipilihlah Kyai Haji Abdullah Amin
(santri Kyai Haji Moh.Said, Ketapang) untuk menjadi ketua ta’mir masjid sekaligus
imam masjid DARUL HIKMAH tersebut kebetulan beliau menantu dari Bapak Shohib
(suami Hj.Sholikhah) / cucu H.Abdurrahman sendiri dan menempati rumah di depan
masjid di selatan rumahnya Alm H.Abdurrahman yang saat itu ditempati putra
beliau H.Umar. Kyai Haji Abdullah Amin juga
dipercaya menjadi guru sekaligus ketua pengurus pertama Madrasah MIFTAHUL ULUM
tersebut. Selain itu beliau juga menjadi Muharriq Nahdlotul Ulama tepatnya sebagai ketua Tanfidziyah NU Ranting
Urek-Urek krajan dan beliau aktif di kegiatan pengajian dan keagamaan lainnya,beliau
wafat dan dimakamkan dipemakaman pribadi depan rumah beliau di RT.25 Urek-urek.
Perkembangan waktu selanjutnya ketua
ta’mir masjid dipercayakan pada kyai Nastain, dan nama masjid berubah menjadi
masjid AL-MUSTHOFA, tidak tau siapa dan kapan perubahan nama tersebut, (awalnya
kyai Nastain dibawa oleh H.Imam Sholeh sekitar tahun 1965 membantu mengajar di
madrasah) dan awalnya bertempat di kamar / gute’an yang disediakan
H.Abdurrahman untuk para guru tersebut, selanjutnya beliau menikah dengan siti
zubaidah (putri pak mustaqim RT.26) yang inten dan tlaten dengan jamaah
pengajian di mushallah depan rumah pak mustaqim RT.26 tersebut. Setelah istri
beliau meninggal beliau menikah lagi dengan ibu tukah yang masih tetangga
beliau di RT.26. dan beliau kyai Nastain mendirikan musholla dibelakang rumah
beliau di RT.26 dan beliau masih hidup sampai saat ini. Pada kepengurusannya beliau
dibantu oleh Kyai Ismail Shohib sebagai Sekretaris-nya (putra Bapak Shohib /
cucu H.Abdurrahman). pada masa dahulu para tokoh dan masyarakat tidak begitu memperhatikan
masa khidmat / periode kepengurusan, selagi beliau sehat, mampu dan istiqomah
serta bersedia menjadi ketua ta’mir masjid.
Perkembangan waktu selanjutnya ketua
ta’mir masjid dipercayakan pada kyai Haji Mohammad Said yang juga di dampingi
pak Ismail Shohib (putra Bapak Shohib / cucu H.Abdurrahman) sebagai
sekretarisnya dan H. Mohammad Anwar (menantu H.Abdullah Amin) Sebagai
Bendahara-nya. beliau bertempat tinggal di RT.17 urek-urek kampung barat dan
beliau mendirikan mushollah As-syakur di depan rumah beliau.
Perkembangan waktu selanjutnya ketua
ta’mir masjid dipercayakan pada kyai Ischaq Shohib (cucu H.Abdurahman) yang
rumah beliau bertempat di RT.26 dan beliau juga menjadi pengasuh majlis taklim
Riyadhus Sholihah dengan para santri kampung yang belajar mengaji pada beliau
di mushollah samping rumah beliau, beliau juga guru sepuh di madrasah MIFTAHUL
ULUM tersebut. Pada masa kepengurusannya beliau didampingi oleh H. Zainuddin
(putra KH.Abdullah Amiin, ketua pengurus ke-2) bertempat tinggal di RT.27 dan
beliau juga sebagai guru - kepala Madrasah MIFTAHUL ULUM, beliau juga di dampingi Bapak Abdur Rochim
(PLN) bertempat tinggal di RT.25 sabagai Bendahara-nya sekaligus Abdurrochim
juga dipercaya sebagai ketua Pengurus Madrasah MIFTAHUL ULUM tersebut dan saat
ini pak Abdurrochim sudah meninggal dan dimakamkan di pemakaman umum desa
urek-urek.
Dibuat di Urek-Urek pada tanggal 15
Oktober 2018 oleh H. Zainuddin / Sekretaris Ta’mir masjid AL-Musthofa,
bersumber dari penuturan para tokoh masyarakat / ketua, sekretaris pengurus
langsung, pamong desa, keluarga dhurriyah H.Abdurrahman dan juga dokumen resmi
dan asli yang tersimpan. Sebagai penutup mari kita doakan Untuk para tokoh
pendiri, pejuang, pewakaf, pengurus, pendukung dan mayarakat simpatisan yang
membantu masjid dan madrasah, Semoga Allah menerima segala amal ibadah beliau,
menerima amal jariyah beliau, menerima pengabdian beliau, menerima jasa-jasa
beliau, menerima semua pengorbanan beliau, menerima perjuangan beliau, menerima
semua kebaikan dan keikhlasan beliau, dan semoga Allah memaafkan salah khilaf
beliau dan beliau ditempatkan dipertamanan dari taman surganya Allah serta semoga
Allah kelak membalasnya dengan surga yang penuh kenikmatan.